Perlawanan Kata Miskin


Created At : 2016-10-15 06:57:34 Oleh : Budiono Berita Terkini Dibaca : 839

Empat Antonym atau perlawanan kata, yang disajikan dalam bentuk kuis, dijadikan pembuka paparan Bappeda Jateng pada lokakarya  Penanggulangan Kemiskinan Magelang, 15 Juni 2016 di Ruang Bina Karya. Narasumber lainya, LazisMU (lembaga pengelola zakat, infak, shodaqoh Muhamadiyah), dan Kepala Desa Jumoyo Kecamatan Salam.

Antonym/an·to·nim/ n 1, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai kata yang berlawanan makna dengan kata lain: “buruk” adalah -- dari “baik”. Sementera penjelasan kuis: kuis2/ku·is/ n 1 ujian lisan atau tertulis yang singkat; 2 acara hiburan dalam radio atau televisi yang berupa perlombaan adu cepat menjawab pertanyaan; cepat tepat; cerdas cermat; 3 (dalam majalah) daftar pertanyaan sederhana yang berhadiah (kadang-kadang mengandung promosi dagang).

Sekilas info. Ada antonym dalam bentuk video bisa disajikan dengan bahasa pengantar Banyumasan bisa disaksikan di Yutube. 

            Empat kuis perlawanan kata (antonym) dimulai dengan perintah: isilah titik-titik dan mohon dijawab dengan cepat dan jujur!. 1. Allah menciptakan : tertawa dan .....; 2. Alllah mematikan  dan .....; 3. Allah menciptakan Laki-laki dan ...; 4. Allah memberikan Kekayaan dan ..........

            Relawan dapat menjawab tiga antonym secara benar. Tertawa dan menangis (QS: An-Najm 43). Mematikan dan menghidupkan (QS. An-Najm 44). Laki-Laki dan perempuan (QS. An-Najm 45). Antonym ke-empat dijawab salah. Jawabnya Allah memberikan: Kekayaan dan Kemiskinan.  Yang benar, sesuai QS. An-Najm 48; Dan Dia-lah yang memberikan Kekayaan dan KECUKUPAN.

            Jika bukan ‘kersa gusti Allah kang maha agung’ maka patut diduga kemiskinan itu akibat ulah/perbuatan manusia. Mari kita periksa dalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan Jateng. Disebutkan bahwa ada empat factor penyebab kemiskinan:  budaya (cultural factor); struktural (structural factor); alam (natural factor);  konflik sosial politik.

Pertama, factor budaya. Malas, orientasi hidup yang hanya berdasarkan kebutuhan pragmatis sehari-hari atau tidak berorientasi ke depan, kemanjaan terhadap lingkungan akibat suburnya lahan sehingga merasa tidak perlu kerja keras karena memang sumber penghidupan dapat dengan mudah diperoleh, merupakan sebagian dari faktor-faktor yang kemudian membentuk budaya dan lalu menjebak mereka dalam kondisi hidup miskin

Kedua, factor structural. Kemiskinan struktural merupakan produk dari sistem sosial, ekonomi, dan politik yang hegemonis dan eksploitatif.Di mana orang atau kelompok masyarakat menjadi miskin lebih disebabkan oleh berbagai kebijakan negara yang bukan saja tidak menguntungkan melainkan juga menjadikan mereka dimiskinkan.

Ketiga, factor alam. Setidaknya terdapat tiga jenis yang tergolong sebagai penyebab kemiskinan alamiah, yaitu: pertama, kondisi alam yang kering, tandus dan tidak memiliki sumber alam yang dapat dimanfaatkan secara ekonomi alam yang dapat dimanfaatkan secara ekonomi, serta keterisolasian wilayah pemukiman penduduk; kedua, bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, dan wabah penyakit baik menyerang manusia maupun sumber mata pencaharian penduduk (seperti menyerang hewan ternak dan tanaman penduduk); dan ketiga, kondisi fisik manusia baik bawaan sejak lahir maupun pengaruh degenerasi yang menjadikan seseorang tidak memiliki kemampuan untuk bekerja secara layak.

Keempat, factor konflik social. Instabilitas sosial dan politik berpengaruh secara signifikan terhadap menurunnya produktivitas masyarakat, termasuk bukan saja enggannya para investor untuk menanamkan modalnya dalam suatu negara yang bergejolak, melainkan juga terjadinya pelarian modal dari dalam negeri (atau daerah) ke luar (daerah atau negeri). Akibatnya lapangan kerja terbatas atau berkurang yang berdampak pada pengangguran atau PHK meningkat.

Dari keempat factor penyebab kemiskinan beserta dengan penjelasalasannya tidak disebut factor-faktor: kehendak tuhan, takdir/nasib, dan suratan tangan. Sekali lagi ditegaskan, kemiskinan itu buah tangan manusia, dengan demikian manusia pula yang harus mengatasinya. Pertanyaannya, apa yang dilakukan pemerintah provinsi Jawa Tengah, yang dilakukan LazisMU, dan pemerintah Desa Jumoyo untuk mengatasi kemiskinan? 

Pemprov Jateng melakukan pemetaan terhadap 3.885.900 KK penduduk miskin dalam dua golongan, yaitu produktif dan non-produktif. Spesifikasi penduduk miskin produktif: Usia >15; dan tidak menyandang disabilitas; dan tidak mempunyai penyakit kronis/menahun. Golongan ini mencakup 7.766.796 KK atau 96,93.

Spesifiasi miskin non-produktif: disabilitas dan berpenyakit kronis. Golongan ini mencakup 119.104 KK atau 3,07 persen. Yang disabilitas terutama : cacat mental retardasi, mantan penderita gangguan jiwa, cacat fisik & mental. Yang berpenyakit kronis terutama : tuberculosis (TBC), stroke, kanker atau tumor ganas, lainnya (gagal ginjal, paru-paru flek & sejenisnya)

Kepada penduduk miskin yang produktif diterapkan program peningkatan pendapatan & pemberdayaan masyarakat dan program pengurangan beban pengeluaran. Kepada penduduk miskin yang non-produktif diterapkan program/pola bantuan langsung (charity)

Pemprov Jateng menwarkan penganggaran bersama (synergy) untuk pendidikan, rumah tidak layak huni, dan pelayanan kesehatan. Untuk layananan kesehatan keluarga miskin ditawarkan kerjasama pembiayaan 60 persen kabupaten dan 40 persen provinsi. Untuk rumah tidak layak huni, pemerintah pusat 20 persen, provinsi 30 persen dan 50 persen kabupaten. Pagu dana yang tersedia untuk setiap rumah Rp.10 juta.

Di Kab. Magelang, jumlah RTLH: 64.645 KRT, tidak berlistrik 360, berlistrik tidak memakai meteran: 30.701 dan tidak memiliki jamban: 27.052 KRT. Dengan demikian untuk RTLH ini butuh anggaran Rp.646.450 juta. Yang 50 persen kewajiban kabupaten Rp.323.225 juta. Dikerjakan dalam lima tahun, tiap tahun dianggarkan Rp.64.645 jutaan.

Bedah rumah (RTLH) ini oleh provinsi programnya dipilah menjadi tiga paket. Paket 1diperuntukkan KRT sasaran dengan : - RTLH; - tidak memiliki jamban dan - tidak berlistrik atau berlistrik tanpa meteran. Paket 2 A diperuntukkan KRT sasaran dengan : - RTLH dan - tidak berlistrik. Paket 2 C diperuntukkan KRT sasaran dengan: - RTLH dan 2. Tidak memiliki Jamban.

LazisMU juga tampil dengan ‘antonym’.  Kata miskin terambil dari bahasa Arab, sakana yang berarti diam atau tenang, diam atau tidak bergerak karena lemah fisik atau sikap yang sabar dan qana’ah. Kata miskin kebalikan dari kata ghaniy, sering diterjemahkan kaya, sesungguhnya berarti tidak lagi membutuhkan sesuatu.

Miskin menurut LazisMU bisa dipetakan menjadi: miskin kondisi dan miskin sikap. Bagi yang miskin kondisional solusinya adalah pemberian  ‘manfaat langsung’. Bagi yang miskin sikap solusinya adalah ‘mengubah mindset/pola pikir’.

Langkah Nyata yang diambil LazisMu, bertolak dari pemahaman dan pemetaan  kemiskinan tersebut adalah: 1. Da’wah: Manajemen dan Tata Kelola Masjid bekerjasama dengan P3SI UMM; 2. Kesehatan: “BPJS LazisMu” bekerjasama dengan RSIA Muntilan; 3. Pendidikan: Sekolah Integrasi Tahfidz bekerjasama dengan MUHA Muntilan; 4. Pemberdayaan Ekonomi: SPM, KomBES bekerjasama dengan FH, FAI, FE UMM; 5. Peduli Lingkungan&Bencana: Tanggap Bencana Merapi & Banjarnegara bekerjasama dengan MDMC; dan 5. Ke-Ummat-an: Penggalangan Dana Peduli Ummat bekerjasama dengan Krisis Suriah, dll.

Dengan zakat  Desa Jumoyo Kec. Salam mampu mentasarufkan hasil zakat/infaknya kepada asnaf/mustahik, mampu membiayai kesehatan masyarakat bekerjasama dengan bidan desa/mantri kesehatan secara gratis, raskin gratis,bantuan biaya rumah sakit bagi warga kurang mampu yang sakit, bedah rumah, pemberian paket sembako, bantuan sarana pendidikan bagi anak.

Desa Jumoyo menetapkan target diatas kabupaten. Dalam bidang pendidikan desa Jumoyo menetapkan wajib belajar 12 tahun, setara SMA/SMK, sementara kabupaten  wajib belajarnya hanya 9 tahun, setara SMP.

Target setinggi ini dicapai berkat bekerjasama dengan SMK/SMA yang berada di desa Jumoyo. Mereka bisa memanfaatkan lapangan desa untuk berbagai keperluan secara gratis, dengan syarat dan ketentuan, wajib menampung siswa yang berasal dari desa Jumoyo. Cara ini desertai pendampingan dan pendanaan dari desa, dapat dicapai indicator kinerja tingkat putus sekolah (drop-out) nyaris nol persen.

Pelampauan capaian kabupaten terjadi pada kinerja bedah rumah keluarga miskin. Caranya, sanak/saudara dari calon penerima manfaat bedah rumah, diberitahu, selanjutnya diminta partisipasinya. Dampaknya luar biasa. Jika program kabupaten hanya senilai 5 hingga 10 jutaan, Desa Jumoyo bisa menghimpun dana belasan hingga likuran juta.

Namun, pak Sungkana tetap mengundang jika pemerintah kabupaten dan provinsi mau bergabung dalam bedah rumah di Jumoyo. Data kemiskinan terkait perumahan, lengkap dengan nama dan alamat, Desa Jumoyo sesuai hasil PPLS 2011(pendataan program perlindungan sosial 2011), sebagai berikut. Rumahtangga Sasaran (RTS), yang luas lantai per jiwa < 3 meter2 ada 11 dan luas lantai per jiwa < 3 meter2 ada 4. RTS dengan jenis lantai terluas adalah tanah: 230 dan yang jenis dinding terluas adalah bambu: 160. RTS dengan sumber air minum utama adalah sumur tak terlindung: 295; yang tidak mempunyai tempat buang air besar: 296 dan yang tempat pembuangan akhir tinja adalah sungai: 287.

Untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin 100% gratis dan tidak membatasi jenis penyakit yang diderita. Untuk itu dijalin kerjasama dengan tenaga kesehatan yang ada di desa.Klaim layanan kesehatan perbulan mencapai ± Rp. 1 juta. Bagi yang dirawat inap di rumah sakit diberi bantuan maksimal Rp.5 juta. Satu layanan yang tidak disantuni keluarga berencana. Kata pak lurah: enak lue.

Sukses dapat diraih bukan tanpa perjuangan. Ketika pada tahun 2008 dicanangkan ‘Desa Berzakat’ banyak yang skeptic, meragukan. Untuk itu pak lurah memboyong perangkat desa dan tokoh masyarakat ke Salam Kanci mengaji pada KH.Raden Muhaimin Asnawi.

Setelah perdes, toga dan tomas berhasil di-brain drain, maka pak kyai disafarikan di masjid dan dusun-dusun, dengan target makro mengubah serta pola pikir masyarakat, dari yang semula menerima zakat kini jadi berbalik memberi zakat.

Sukses mengelola dan menyalurkan zakat,  akan ditingkatkan dengan ‘imfak’ pada lebaran tahun 2016 ini minimal Rp.10 ribu per jiwa.

Sukses story pengentasan kemiskinan desa Jumoyo, jangan ditindaklanjuti dengan menambah antonym baru, tetapi yang ditambah sinomym: sukses desanya, sukses kabupatennya. * perencana madya di Bappeda Kab.Magelang
GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara